Akar Kerusakan Dunia
Ibnul Qayyim mengatakan:
أَنَّ فَسَادَ الْعَالَمَ وَخَرَابَهُ إِنَّمَا نَشَأَ مِنْ تَقْدِيُمِ الرَّأْيِ عَلَى الْوَحْيِ وَالْهَوَى عَلَى الْعَقْلِ
“Sungguh rusak dan robohnya jagat raya itu terjadi karena mendahulukan opini pribadi dibandingkan ajaran wahyu dan mendahulukan keinginan, selera dan kesenangan dibandingkan akal sehat.” (I’lam al-Muwaqi’in 2/127, Dar Ibnul Jauzi)
Dunia itu hancur karena durhaka manusia kepada Allah dan Rasul-Nya.
Isi ajaran Allah dan rasul-Nya ada dua berita (tentang Allah dan makhluk-Nya semisal, malaikat, para nabi, surga neraka dll) dan aturan, perintah dan larangan.
Durhaka kepada berita yang berasal dari Allah berdampak kerusakan akidah dan pemahaman. Akar kerusakan akidah dan pemahaman adalah mendahulukan opini dan pendapat dibandingkan ajaran wahyu, teks Al Qur’an dan Sunnah.
Durhaka terhadapnya aturan Allah itu berbuah maksiat.
Akar terjadinya maksiat adalah mendahulukan keinginan untuk bersenang-senang, enak dll dari pada akal sehat.
Yang dimaksud akal bukanlah kecerdasan akademik. Yang dimaksud akal adalah kejernihan berpikir, berpikir jauh ke depan dan menimbang dampak baik atau buruk.
Orang itu sukses bermaksiat setelah mencampakkan akal sehat dan mengikuti perasaan yang penting enak, nikmat, bikin senang dst.
Misal:
Seorang itu baru berani berzina setelah melupakan berbagai macam bahaya zina di dunia dan akherat. Jika seorang itu ingat betul bahaya dan keburukan zina tentu tidak akan terjerumus ke dalamnya.
Oleh karena itu kiat penting lepas dari jeratan maksiat setelah mendapatkan hidayah Allah adalah mengedepankan akal sehat dan “tega” dengan perasaan sendiri.
Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.